Friday, October 15, 2010

DALIL “JIHAD FISABILILLAH” DALAM HADIST


Dari Ibnu ‘Umar r.hum., dari Nabi saw., beliau menceritakan dari Tuhannya tabaraka wa ta’ala, Dia berfirman.”Siapa saja di antara hamba-Ku yang keluar berjihad di jalan-Ku karena mencari keridhaan-Ku, niscaya Aku jamin akan memulangkannya dengan membawa pahala dan ghanimah. Dan jika Aku cabut nyawanya, Aku jamin akan mengampuninya, merahmatinya, dan memasukkannya ke dalam surge.” (H.r. Ahmad)
Dari Ibnu Mas’ud r.a., bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw., “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya, berbakti kepada kedua orangtua, lalu jihad fi sabilillah.” (H.r. Bukhari).
Dari Abu Umamah r.a., bahwasannya Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga golongan, semuanya mendapat jaminan dari Allah. Jika hidup, akan diberi rezeki dan dicukupi. Jika mati, Allah akan memasukannya ke dalam surga, yaitu 1) Barangsiapa masuk kerumahnya dan mengucapkan salam, maka ia mendapat jaminan dari Allah. 2) Barangsiapa keluar menuju masjid, maka ia mendapat jaminan Allah. 3) Barangsiapa keluar di jalan Allah, maka ia mendapat jaminan dari Allah.” (H.r. Ibnu Hibban)
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit r.a., ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian berjihad fi sabilillah karena, jihad merupakan salah satu pintu surga. Dengan jihad, Allah akan menghilangkan kesedihan dan kegelisahan.” (Dalam riwayat lain di tambahkan), “Berjihadlah di jalan Allah di tempat yang dekat dan jauh. Tegakkanlah batasan-batasan Allah di tempat yang dekat dan jauh. Dan jangan sampai celaan orang menghalangi kalian dari taat kepada Allah.” (H.r. Hakim)
Dari Abu Umamah r.a., bahwasanya seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk mengembara.” Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya pengembaraan umatku adalah Jihad fi sabilillah “azza wa jalla.” (H.r. Abu Dawud).
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid r.a., ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Amal yang paling dekat kepada Allah azza wa jalla ialah jihad fi sabilillah. Tidak ada sesuatu pun yang bias menyamainya.” (H.r. Bukhari – Tarikh Kabir, Jami’ush-Shaghir).
Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., ia berkata, Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah orang yang paling utama?” Beliau bersabda, “Seseorang yang berjihad di jalan Allah.” Mereka bertanya,”Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Seorang mukmin yang berada di suatu tempat di antara dua bukit, bertaqwa kepada Tuhannya dan meninggalkan manusia agar tidak berbuat keburukan kepada mereka.” (H.r. Tirmidzi)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., dari Nabi saw., bahwasannya beliau ditanya, “Siapakah orang mukmin yang paling sempurna imannya?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berjihad fi sabilillah dengan jiwa dan hartanya, dan seorang laki-laki yang menyembah Allah di suatu kaki bukit, menyelamatkan orang-orang dari perbuatan buruk dirinya.” (H.r. Abu Dawud).
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Berdiri sesaat di jalan Allah lebih baik daripada shalat malam pada malam Lailatul-Qadar di depan Hajar Aswad.” (H.r. Ibnu Hibban).
Dari Anas bin Malik r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Setiap Nabi memiliki rahbaniyah (cara hidup kerahiban). Dan rahbaniyah umat ini adalah jihad fi sabilillah ‘azza wa jalla.” (H.r. Ahmad)
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah – dan Allah lebih mengetahui siapa yang berjihad di jalan-Nya – seperti orang yang terus berpuasa, shalat malam, selalu dalam keadaan khusyu’, ruku’, dan sujud.” (H.r. Nasa’i).
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah seperti orang yang selalu berpuasa, shalat malam, dan tunduk kepada ayat-ayat Allah. Tidak pernah jemu untuk berpuasa dan bershadaqah sampai orang yang berjihad kembali pada keluarganya.” (H.r. Ibnu Hibban).
Dari Abnu ‘Abbas r.hum., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Jika kalian diminta berangkat (berjihad), maka berangkatlah!” (H.r. Ibnu Majah)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., dari Nabi saw., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Hai Abu Sa’id, barangsiapa ridha Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabinya, ia wajib mendapatkan surga.” Maka Abu Sa’id heran terhadap hal itu dan ia berkata, “Wahai Rasulullah, ulangilah sabdamu itu untukku.” Lantas beliau mengulanginya dan bersabda, “Ada hal lain yang karenanya seorang hamba diangkat 100 derajat di surga. Jarak setiap dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi.” Abu Sa’id bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah, jihad fi sabilillah.” (H.r. Muslim).
Dari Abu Qirshafah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda “Wahai manusia! Berhijrahlah kalian dan berpegang teguhlah pada Islam. Karena hijrah tidak akan pernah berhenti selama jihad masih ada.” (H.r. Thabrani, Majma’uz-Zawa’id).
Dari Khuraim bin Fatik r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membelanjakan harta di jalan Allah, akan dicatat pahala untuknya 700 kali lipat.” (H.r. Tirmidzi)
Dari Mu’adz r.a., dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya dzikir di jalan Allah dilipatgandakan 700 kali daripada membelanjakan harta di jalan Allah.” (Dalam riwayat Yahya: 7.000 kali lipat). (H.r. Ahmad).
Dari Mu’adz Al-Juhani r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca 1000 ayat di jalan Allah, Allah akan mencatatnya bersama para Nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih.” (H.r. Hakim).
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Tidak akan berkumpul debu fi sabilillah ‘azza wa jalla dan asap neraka jahanam dalam kedua lubang hidung seorang muslim selamanya.” (H.r Nasa’i)
Dari Abu Umamah Al-Bahili r.a., bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Jika seseorang wajahnya terkena debu fi sabilillah, niscaya Allah akan menyelamatkan wajahnya itu pada Hari Kiamat. Dan jika seseorang dua telapak kakinya terkena debu fi sabilillah, niscaya Allah akan menyelamatkan kedua telapak kakinya itu dari api neraka pada hari Kiamat.” (H.r. Baihaqi, Syu’abul-Iman)
Dari Anas r.a., ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sekali perjalanan pagi ataupun sore hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (H.r. Bukhari)
Dari ‘Utsman bin ‘Affan r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda , ‘Satu hari di jalan Allah lebih baik daripada 100 hari di tempat lain.” (H.r. Nasa’i)
Dari Ali r.a., ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Jika diantara kami terjadi suatu masalah, yang tidak ada penjelasan tentang perintah atau larangan mengenainya, apa yang engkau perintahkan kepada kami?’ Beliau menjawab, ‘Bermusyawarahlah dengan para ulama dan para ‘abid tentang masalah tersebut. Jangan kalian hanya menggunakan pendapat orang tertentu saja dalam masalah tersebut.” (H.r. Thabarani, Majma’uz-Zawa’id)
Dari Ibnu ‘Abbas r.hum., ia berkata, “Ketika turun ayat ini: Wa syawirhum fil amri (Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam semua urusan), Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya tidak butuh pada mereka berdua, akan tetapi Allah menjadikan musyawarah sebagai rahmat bagi umatku. Barangsiapa di antara mereka bermusyawarah, maka ia tidak akan kehilangan petunjuk dan barangsiapa di antara mereka meninggalkan musyawarah maka ia akan selalu menemui kesulitan.” (H.r. Baihaqi)
Banyak sekali Hadist-hadist mengenai masalah Jihad dan keutamaannya. Dapat dibaca pada buku "Muntakhab Ahadits" yang disusun kembali oleh: Syeikh Maulana Muhammad Sa'ad al-Kandahlawi.
 

No comments:

Post a Comment